Minggu, 13 Oktober 2013

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI MENGENAI JARINGAN PADA TANAMAN

BAB I
PENDAHULUAN
            Tumbuhan adalah suatu kesatuan hidup yang terdiri dari berbagai macam organ yang melaksanakan fungsinya masing-masing. Dalam mempelajari struktur dan fungsi organ tertentu, seseorang harus meninjau dari konteks tumbuhan secara kesuluruhan, hanya dengan cara penelaahan setiap organ secara terpisah akan mempunyai arti penuh. Tumbuhan yang sekarang hidup umumnya termasuk dalam salah satu dari dua golongan yang berkembang biak dari biji. Dua golongan ini adalah jenis tumbuhan Gymnospermae dan Angiospermae. Gymnospermae menghasilkan biji telanjang, maksudnya biji telanjang tidak dikelilingi bakal buah atau buah. Masa pertumbuhan tanaman yang pertama kali dikenal dengan istilah perkecambahan yang berarti munculnya plantula atau tanaman kecil dari dalam biji.
            Kecambah mempunyai bagian yang disebut dengan calon tunas atau plumulae dan calon akar atau radikal yang selanjutnya disebut promeristem. Proses pendewasaan atau pematangan disebut dengan istilah deferensiasi. Deferensiasi dapat diartikan sebagai proses perubahan bentuk sel yang disesuaikan dengan fungsinya. Hasil proses diferensiasi dapat menghasilkan jaringan. Jaringan adalah sel-sel yang membentuk bentuk dan fungsi sama yang merupakan kumpulan sel-sel tersebut. Jaringan-jaringan itu bersatu dengan fungsi tertentu dan membentuk suatu alat tubuh atau organ dengan adanya koordinasi antara system organ.
            Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Jaringan Tumbuhan bertujuan untuk mengenal jaringan tumbuhan, yaitu mengetahui berbagai sel jaringan yang ada pada akar dan batang tumbuhan, membedakan sel jaringan tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil. Manfaat praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal struktur daun, batang, dan akar dengan pengamatan secara langsung, melihat perbedaan Jaringan-jaringan tumbuhan, serta dapat membedakan struktur jaringan tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Pengertian Jaringan
Jaringan merupakan suatu kumpulan sel yang bentuk dan fungsinya sama (Sutrian dan Cipta, 2004). Aktivitas pembelahan sel selama fase pertumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa. Jaringan dewasa dapat dibedakan lagi berdasarkan bentuk dan fungsinya, yaitu jaringan epidermis, jaringan dasar (parenkim), jaringan penyokong, dan jaringan pengangkut tumbuhan. Fungsi jaringan bergantung penataan dan koordinasi jaringan yang mendirikannya (Radiopoetro, 2000). Tumbuhan monokotil memiliki akar serabut tidak berkambium dan pembuluh angkut yang terlalu teratur sedangkan tulang daunnya menjari (Cahyana, 2003). Akar tumbuhan dikotil dilindungi oleh semacam tudung akar disebut kaliptra dan tidak memiliki kaliptrogen pada ujung akar (Salisbury et al., 1995).  Akar dikotil mempunyai kambium sebagai meristem sekunder, sedangkan akar jagung monokotill tidak mempunyai kambium (Fried, 2000).
2.2.       Macam – macam Jaringan Tumbuhan
2.2.1.    Jaringan Dikotil
2.2.2.1 Jaringan Meristem, jaringan meristem mampu membelah terus dan membentuk sel-sel baru (Sutrian dan Cipta, 2004). Jaringan meristem merupakan jaringan yang tetap bersifat embrional, yaitu memiliki kemampuan untuk terus membelah diri tak terbatas. Menurut asalnya, meristem dibedakan menjadi meristem primer dan meristem sekunder. Meristem primer adalah jaringan meristem yang sel-selnya berkembang dari sel-sel embrional membelah secara mitosis dan menghasilkan pertumbuhan primer pada tumbuhan, yang menyebabkan tumbuhan dapat bertambah tinggi. Meristem sekunder adalah jaringan meristem yang berkembang dari jaringan dewasa yang telah terdiferensiasi, tetapi aktif membelah. Jaringan meristem akan menghasilkan partumbuhan sekunder yang menyebabkan batang menjadi bertambah besar. Meristem berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi meristem apikal yang terdapat pada ujung–ujung pokok batang dan cabang serta ujung akar, meristem interkalar yang terdapat diantara jaringan dewasa, misalnya pada ruas batang, dan meristem lateral yang terletak sejajar dengan pembentukan organ. Sel–sel penyusun jaringan meristem berdinding tipis, penuh dengan protoplasma, isodiometris, dan vakuola relatif kecil (Pratiwi, 2004).
2.2.1.2 Jaringan epidermis, jaringan epidermis melindungi jaringan sel di seblah dalam (Sutrian dan Cipta, 2004). Epidermis merupakan bagian terluar dari tubuh tumbuhan dan sel-selnya hidup. Jaringan epidermis berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari kekeringan dan infeksi. Sel-sel epidermis berbentuk kotak, tersusun rapat, tidak berklorofil. Bentuk khusus sel epidermis yang telah berubah struktur dan fungsinya diantaranya adalah stomata (Pratiwi, 2004).
2.2.1.3 Jaringan parenkim, jaringan parenkim tersususun oleh sel-sel hidup yang aktif melakukan kegiatan, berbentuk bulat dengan diameter bervariasi. Jaringan parenkim membentuk daging buah, membentuk endosperm, menyimpan makanan cadangan (pada mesofil), sebagai penyokong tubuh bila vakuolanya berisi air (pada tumbuhan lunak seperti bayam) (Sutrian dan Cipta, 2004). Parenkim terdiri dari kelompok sel hidup yang bentuk, ukuran, maupun fungsinya berbeda–beda. Sel–sel parenkim mampu mempertahankan kemampuannya untuk membelah meskipun telah dewasa, sehingga berperan penting dalam proses regenerasi. Ciri utama sel parenkim adalah memiliki dinding sel yang tipis dan lentur. Sel parenkim mengalami penebalan, berbentuk kubus atau memanjang dan mengandung vakuola sentral yang besar, selnya banyak memiliki ruang antarsel, dapat membelah, dan dapat terspesialisasi menjadi berbagai jaringan yang memiliki fungsi khusus (Prihastanti, 2003).
2.2.1.4 Jaringan Penyokong, jaringan penyokong atau jaringan penguat pada tumbuhan terdiri atas banyak sel kolenkim dan sklerenkim (Pratiwi, 2004). Jaringan kolenkim adalah jaringan yang terdiri dari sel–sel hidup yang memiliki selulosa tebal yang terletak pada bagian terluar batang dan urat daun, serta berfungsi sebagai penyokong dan memperkuat organ. Jaringan sklerenkim terdiri atas sel – sel mati yang tebal karena adanya penumpukan lignin pada dindingnya. Berfungsi sebagai penyokong tubuh tumbuhan (Sutrian dan Cipta, 2004).
2.2.1.5 Jaringan pengangkut, jaringan pengangkut terbentuk dari sel–sel yang kedudukan atau letaknya membentang menurut arah pengangkutan. Kedudukan yang demikian nampak sebagai rangkaian sel, seakan–akan ada pembuluh–pembuluh di dalam organ tumbuhan dan mewujudkan suatu sistem jaringan. Jaringan pengangkut tumbuhan terdiri dari sel xilem dan floem (Sutrian dan Cipta, 2004). Jaringan xilem terdapat pada bagian kayu tanaman. Fungsinya untuk menyalurkan air dari akar menuju daun. Xilem terdiri dari unsur trakeal, serabut  xilem yang terdiri dari sel–sel panjang dan ujungnya runcing, parenkim kayu yang berisi berbagai zat cadangan makanan. Jaringan floem yang berfungsi menyalurkan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan. Floem terdiri dari pembuluh tipis yang berbentuk tabung, sel pengiring, serabut floem dengan ujung yang berhimpit dan berukuran panjang, dan parenkim floem yang selnya hidup memiliki dinding primer dengan lubang kecil yang disebut noktah halaman (Pratiwi, 2004).
2.2.2.     Jaringan  Monokotil
2.2.2.1. Jaringan meristem, jaringan meristem terdiri dari sel-sel yang senantiasa membelah. Jaringan meristem terdapat di ujung batang dan ujung akar dan disebut meristem apikal atau meristem primer. Jaringan meristem juga terdapat pada ruas-ruas batang dan batang tumbuhan dikotil dan Gymnospermae. Jaringan ini disebut meristem lateral atau meristem sekunder. Meristem lateral pada batang tumbuhan dikotil dan Gymnospermae terdapat pada kambium. Menurut Sudjadi (2005) bahwa epidermis batang, sel-sel jaringan ini akan menebal dan dilapisi oleh kutikula mak fungsi utama epidermis batang sebagai pelindung. Aktivitas meristem apikal menghasilkan pertumbuhan memanjang pada batang atau akar. Per-tumbuhan yang dihasilkan disebut pertumbuhan primer. Aktivitas meristem lateral menyebabkan bertambahnya ukuran diameter batang atau memanjangnya ruas-ruas batang. Pertumbuhan yang dihasilkan disebut pertumbuhan sekunder Fungsi utama sel-sel meristem adalah mitosis. Sel-selnya berdinding tipis dan kecil tanpa vakuola tengah dan tidak ada ciri-ciri khusus (Pratiwi, 2004).
2.2.2.2 Jaringan epidermis, epidermis tersusun atas sel-sel yang rapat satu sama lain tanpa ruang antar sel, berdinding tipis, memanjang sejajar dengan sumbu akar, pada penampang melintang berbentuk bulat (Pratiwi, 2004). Ciri-ciri epidermis yaitu yaitu letak selnya rapat tidak rapat ditembus air, selnya hidup dan dapat ditembus udara. Selain sebagai pelindung epidermis berfungsi sebagai tempat keluar masuknya O2 dan CO2. Menurut Sudjadi (2005) bahwa epidermis batang, sel-sel jaringan ini akan menebal dan dilapisi oleh kutikula. Fungsi utama epidermis batang sebagai pelindung.
2.2.2.3 Jaringan parenkim, sel-sel parenkim besar-besar berdinding tipis dan biasanya mempunyai vakuola tengah, kaya akan ruang antar sel (Pratiwi, 2004). Jaringan parenkim ada dua yaitu parenkim karang, merupakan tempat menyimpan hasil fotosintesis  untuk sementara waktu dan parenkim palisade yang mempunyai klorofil untuk fotosintesis. Menurut Sudjadi (2005) bahwa epidermis batang, sel-sel jaringan ini akan menebal dan dilapisi oleh kutikula. Fungsi utama epidermis batang sebagai pelindung.
2.2.2.4 Jaringan penyokong, jaringan penyokong merupakan jaringan yang memberi kekuatan pada pertumbuhan tanaman. Jaringan penyokong ada dua yaitu jaringan kolenkim, jaringan yang berdinding tebal bahwa epidermis batang, sel-sel jaringan ini akan menebal dan dilapisi oleh kutikula mak fungsi utama epidermis batang sebagai pelindung (Sudjadi, 2005).  Sel-sel ini memberi tunjangan mekanis bagi tumbuhan. Jaringan sklerenkim merupakan sel-sel sklerenkim yang mengalami penebalan dari zat lignin (Pratiwi, 2004).
2.2.2.5. Jaringan pengangkut, jaringan pengangkut terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi. Jaringan pengangkut terbentuk dari sel-sel yang letaknya membentang menurut arah pengangkutan dan seakan-akan ada pembuluh-pembuluh di dalam organ tumbuhan dan mewujudkan suatu sistem jaringan (Pratiwi, 2004). Jaringan pengangkut terdiri dari xylem untuk mengangkut air dan garam mineral dalam tanah dari akar ke daun dan floem untuk mengangkut makanan dan hormon ke seluruh tubuh. Epidermis batang, sel-sel jaringan ini akan menebal dan dilapisi oleh kutikula. Fungsi utama epidermis batang sebagai pelindung  (Sudjadi, 2005).
            Selain itu pada tumbuhan juga tersusun jaringan Pembuluh sebagai berikut:
1.      Trakeid, selnya berujung meruncing dan terdapat penebalan dinding sel yang merupakan bagiandari xylem pada tumbuhan berkayu.
2.      Pembuluh Tapis, Terdiri dari satu deretan memanjang dari sel-sel yang memiliki dinding bujung berpori halus.
3.      Trakea, Selnya berpenebalan dinding dan berderet memanjang sejajar sumu tanah, Dinding ujung masing-masing sel berlubang sehingga merupakan suatu saluran
Trakeid dan Trakea merupakan bagian dari Xylem, Sedangkan Pembuluh Tapis merupakan bagian dari Floem.
Pada tumbuhan berpembuluh dapat dibedakan menjadi :
1.      Akar ,karena fungsi akar untuk menangkap air dengan garam-garam yang terlarut dari tanah,sehinggan pada akar terdapat : Rambut akar untuk menghisa air terdapat pada akar muda. Serta lapisan dalam korteks yang merupakan epididimis yaitu selapis sel-sel yang berfungsi untuk mengatur masuknya air kedalam jaringan pembuluh.
2.      Batang, Jaringan pembuluh teratur dalam berkas pembuluh dimana masing-masing berkas terdiri dari berkas Floem didalam dan Xylem diluar. Pada tumbuhan Dikotil Berkas Pembuluh terletak dalam satu lingkaran,sedangkan Monokotil tampak tersebar.
3.      Daun, Daun terdiri dari sel-sel yang telah menyesuaikandiri untuk macam-macam peranan. Pada umumnya daun berbentuk lebar sesuai dengan fungsi utamanya yaitu Fotosintesis. Untuk mengurangi penguapan epididimis dilapisi kutikula ( lapisan lilin). Sedangkan Stomata untuk mengatur penguapan serta penukaran gas   


BAB III
METODOLOGI
Praktikum Biologi yang dilaksanakan pada hari senin,30 September 2013 pukul 11.00-13.00 dengan materi mengenai pengenalan jaringan pada tumbuhan di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,Semarang.
3.1.      Materi
            Pada praktikum mengenai jaringan pada tumbuhan ini membutuhkan beberapa alat praktikum. Alat praktikum yang digunakan dalam praktikum Biologi kali ini adalah Mikroskop yang mana untuk mengamati jaringan. Kaca objek dan kaca penutup sebagai tempat untuk meletakkan preparat akar jagung dan akar kacang tanah awetan. Alat tulis untuk menggambar dan menulis hasil laporan pengamatan. Bahan-bahan yang digunakan adalah akar jagung dan akar kacang tanah yang disediakan dalam bentuk preparat awetan. 
3.2.      Metode
            Dalam percobaan kali ini kami mengamati akar jagung dan akar kacang tanah yang telah disediakan dalm bentuk awetan. Mengamati preparat awetan tersebut dibawah micrsokop dengan mencari titik fokus peresaran 40 kali dan 10 kali. Menggambar struktur jaringan akar kacang dan jagung yang telah diketemukan titik fokusnya. Menjelaskan perbedaan tanaman Dikotil dan tanaman Monokotil.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Penampang struktur Akar tanaman Jagung
            Bedasarkan hasil pengamatan jaringan akar tanaman jagung,didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut.
Perbesaran 10 kali
Perbesaran 40 kali
Sumber : Data primer Praktikum Biologi,2013.
Ilustrasi 4,Penampang Jaringan Akar Jagung.

Keterangan :    1. Epidermis
                        2. Floem
                        3. Xylem
                       
Berdasarkan hasil praktikum pengenalan jaringan, pengamatan tentang akar jaringan tanaman jagung dengan perbesaran 10x terlihat adanya endodermis, korteks, epidermis, xylem dan floem. Pembuluh xylem mempunyai dinding tebal, sedangkan floem dinding ujungnya berlubang. Xylem dan floem merupakan jaringan campuran. Tumbuhan monokotil memiliki akar serabut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Cahyana (2003) yang menyatakan bahwa tumbuhan monokotil memiliki akar serabut tidak berkambium dan pembuluh angkut yang terlalu teratur sedangkan tulang daunnya menjari. Hal ini didukung oleh Pratiwi (2004) yang mengatakan jaringan pengangkut terbentuk dari sel-sel yang letaknya membentang menurut arah pengangkutan dan seakan-akan ada pembuluh-pembuluh di dalam organ tumbuhan dan mewujudkan suatu sistem jaringan.
            Berdasarkan hasil praktikum pengenalan jaringan, pengamatan tentang akar jaringan tanaman jagung dengan perbesaran 40x bagian-bagian yang terlihat sama seperti saat pengamatan dengan perbesaran 10x, yaitu adanya korteks, xylem dan floem, hanya saja ini terlihat lebih jelas. Epidermis terletak dibagian terluar dari sel. Dalam pengamatan letak xulem terletak di bagian tengah. Korteks terletak dibagian luar endodermis. Endodermis terletak di tengah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Pratiwi (2004) yang menyatakan bahwa lapisan endodermis akar terletak di korteks yang berupa sebaris sel yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Cahyana (2003) yang menyatakan bahwa tumbuhan monokotil memiliki akar serabut tidak berkambium dan pembuluh angkut yang terlalu teratur sedangkan tulang daunnya menjari.

4.1.      Penampang struktur Akar tanaman kacang tanah.
            Bedasarkan hasil pengamatan jaringan akar tanaman jagung,didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut.
Perbesaran 10 kali
Perbesaran 40 kali
Sumber : Data Primer Praktikum Biologi,2013
Ilustrasi 5, Penampang Jaringan Akar Kacang Tanah
Keterangan :


.


Berdasarkan hasil praktikum, pengamatan akar jaringan tanaman kacang tanah dengan perbesaran 10x terlihat adanya dinding sel, xylem dan floem, epidermis dan korteks. Terlihat adanya cambium. Tumbuhan dikotil mempunyai akar tunggang. Irisan melintang akar muda memperlihatkan struktur sel dan jaringan penyusun akar, yaitu epidermis, korteks, xilem, floem, dan empulur. Hal ini sesuai dengan pendapat Fried (2000) yang mengatakan bahwa susunan akar tumbuhan dikotil dilindungi oleh semacam tudung akar disebut kaliptra dan tidak memiliki kaliptrogen pada ujung akar. Akar kacang tanah mempunyai kambium vaskuler dan kambium gabus yang berperan dalam proses penebalan akar dan menghasilkan xilem dan floem. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sudjadi (2005) bahwa tumbuhan dikotil khususnya batang terdiri dari dinding sel, membran sel, epidermis sebagai pelindung, pembuluh angkut (xilem dan floem) yang bertipe kolateral terbuka (antara xilem dan floem terdapat kambium) dan disebelah dalam jaringan pembuluh angkut disebut empulur.
            Berdasarkan hasil praktikum, pengamatan akar jaringan tanaman kacang tanah dengan perbesaran 40x terlihat adanya membran sel, korteks, xylem dan floem sama dengan perbesaran 10x hanya saja perbesaran 40x terlihat lebih jelas.  Perbedaan akar jagung (monokotil) dan akar kacang tanah (dikotil) adalah xilem pada tumbuhan dikotil mengumpul di bagian tengah silinder pusat, tersusun seperti bentuk bintang dengan empulur yang kecil atau tanpa empulur, sedangkan pada tumbuhan monokotil xilem dan floem letaknya berselang-seling. Hal ini sesuai dengan pendapat Fried (2000) yang mengatakan bahwa susunan akar tumbuhan dikotil dilindungi oleh semacam tudung akar disebut kaliptra dan tidak memiliki kaliptrogen pada ujung akar.  Akar kacang (dikotil) mempunyai kambium sebagai meristem sekunder, sedangkan akar jagung  (monokotil) tidak mempunyai kambium.

4.3.      Perbedaan Monokotil Dan Dikotil
            Pada tumuhan monokotil batang memiliki ukuran yang sama batang sampai ujung tanaman monokotil tidak memiliki cabang pemuluh ikatan tertutup,tidak berkambium memiliki akar serabut, biki berkeping dan berkeping tiga ( Saktiyono et al, 1989 ). Tumbuhan monokotil batangnya tidak bercabang, mempunyai ruas batang,ikatan pembuluh tersebar dan bertipe kolateral tertutup, sedangkan akarnya tidak berkambium,tidak mempunyai stele, dan ikatan pembuluh konsentris ( Pratiwi,1994 ). Sedangkan pada tanaman Dikotil Xylem merupakan organel yang digunakan untuk sirkulasi air dan mineral dari tanah ke akar kemudian menuju ke arah daun. Epidermis adalah tersusun oleh selapis sel yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Epidermis dapat membentuk derivat antara lain menjadi sel silika dan sel gabus ( Poedjadi et al,1994 ). Tumbuhan Dikotil mempunyai kambium,embrio yang terdiri atas Kotiledon,kelopak bunga yang mempunyai kelipatan besar ( Isnaeni et al,2006 ).       
           






















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
Bedasarkan praktikum yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa tumbuhan jagung mempunyai akar serabut ,Struktur akar tersusun atas jaringan epidermis, jaringan dasar berupa korteks, endodermis, empulur, dan berkas pembuluh, xylem dan floem menyebar atau tidak teratur pada akarnya, akar tumbuhan jagung tidak bercabang, batang tumbuhan kacang tanah bercabang, organel yang dimiliki Jagung juga dimiliki oleh tumbuhan kacang tanah yang memiliki kambium. Secara umum juga struktur akar tersusun atas epidermis. Perbedaan akar monokotil dan akar dikotil adalah xylem pada tumbuhan dikotil mengumpul di bagian tengah silinder pusat, dengan empulur yang kecil atau tanpa empulur, sedangkan pada tumbuhan monokotil xylem dan floem letaknya berselang-seling. Perbedaan akar monokotil dan dikotil adalah pada akar dikotil terdapat empulur (silinder pusat).selain itu pada akar tumbuhan kacang tanah juga terdapat xylem dan floem serta mempunyai kambium. Kambium yang tumbuh ke dalam disebut xylem sedangkan kambium yang tumbuh ke luar disebut floem dengan susunan xylem dan floemnya teratur atau tidak menyebar.

5.2.      Saran
            Berdasarkan praktikum pengamatan jaringan, praktikan harus mengamati jaringan-jaringan tumbuhan dengan cermat dan teliti, agar bagian-bagiannya dapat terlihat jelas dan diharapkan lebih hati-hati dalam penggunaan alat-alat praktikum dan juga lebih fokus ketika sedang mengamati struktur jaringan tumbuhan jagung dan kacang tanah. Utamakan keselamatan kerja,Berhati-hati dalam mmenggunakan peralatan praktikum.







DAFTAR PUSTAKA
Cahyana, D. 2003. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Isnaeni, wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius, Yogyakarta.
Kimball, JW. 1991. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Prihastanti, E. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas MIPA .UNDIP, Semarang.
Pratiwi, P. A. 2004. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Pratiwi,SM. 2004. Buku Penuntun Biologi. Erlangga, Jakarta.
Saktiyono. 1989. Biologi. Bumi Aksara, Jakarta
Salisbury. 1995. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company, California.
Sutrian, Yayan dan Cipta, Rineke. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan
            ( Tentang sel dan jaringan), Jakarta.
Yatim, Dr. Wildan. 1991. Biologi Modern Biologi Sel. Tarsito, Bandung



LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI MENGENAI SEL

BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmu yang mempelajari tetntang sel disebut juga sitologi. Sitologi mempelajari semua sel dalam makhluk hidup baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Sel-sel tersebut berkumpul dan berkoordinasi membentuk suatu jaringan yang telah mengalami spesialisasi. Sel adalah suatu suatu satuan yang dinamis oleh karena itu selalu mengalami perubahan. Perubahan sel dapat berupa pertambahan volume karena adanya proses pertumbuhan maupun perubahan fungsi misalnya karena proses deferensial. Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dalam makhluk hidup. Sel dapat digolongkan menjadi dua, sel prokariotik dan eukariotik. Sel prokariotik adalah sel yang belum mempunyai inti, sedangkan eukariotik yang telah memiliki inti. Sel pada makhluk hidup dapat dibedakan antara sel hewan dengan sel tumbuhan yang mana pada makhluk hidup ini mempunyai ciri-ciri masing-masing baik dari segi bentuk sel maupun Organel sel yang menyusun sel.
            Tujuan praktikum pengenalan sel yaitu dapat mempelajari dan mengenali struktur sel, ukuran sel dan bentuk serta dapat membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan yang dilihat secara struktural yaitu melalui pengamatan secara mikroskopis. Manfaat praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bentuk dan struktur tiap sel yang bervariasi luas sesuai dengan fungsinya masing-masing baik pada hewan maupun tumbuhan.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.      Pengertian sel
Sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup, yang berarti sel mampu melakukan pertumbuhan dan reproduksi ( Sumadi, 2007).Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel. Kebanyakan makhluk hidup tersusun atas sel tunggal, atau disebut organisme uniseluler, misalnya bakteri dan ameba. Makhluk hidup lainnya, termasuk tumbuhan, hewan, dan manusia, merupakan organisme multiseluler yang terdiri dari banyak tipe sel terspesialisasi dengan fungsinya masing-masing. Tubuh manusia, misalnya, tersusun atas lebih dari 1013 sel. Namun demikian, seluruh tubuh semua organisme berasal dari hasil pembelahan satu sel. Contohnya, tubuh bakteri berasal dari pembelahan sel bakteri induknya, sementara tubuh tikus berasal dari pembelahan sel telur induknya yang sudah dibuahi.
Sel-sel pada organisme multiseluler tidak akan bertahan lama jika masing-masing berdiri sendiri. Sel yang sama dikelompokkan menjadi jaringan, yang membangun organ dan kemudian sistem organ yang membentuk tubuh organisme tersebut. Contohnya, sel otot jantung membentuk jaringan otot jantung pada organ jantung yang merupakan bagian dari sistem organ peredaran darah pada tubuh manusia. Sementara itu, sel sendiri tersusun atas komponen-komponen yang disebut organel.
Sel terkecil yang dikenal manusia ialah bakteri Mycoplasma dengan diameter 0,0001 sampai 0,001 mm, sedangkan salah satu sel tunggal yang bisa dilihat dengan mata telanjang ialah telur ayam yang belum dibuahi. Akan tetapi, sebagian besar sel berdiameter antara 1 sampai 100 Âµm (0,001–0,1 mm) sehingga hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Penemuan dan kajian awal tentang sel memperoleh kemajuan sejalan dengan penemuan dan penyempurnaan mikroskop pada abad ke-17. Robert Hooke pertama kali mendeskripsikan dan menamai sel pada tahun 1665 ketika ia mengamati suatu irisan gabus (kulit batang pohon ek) dengan mikroskop yang memiliki perbesaran 30 kali. Namun demikian, teori sel sebagai unit kehidupan baru dirumuskan hampir dua abad setelah itu oleh Matthias Schleiden dan Theodor Schwann. Selanjutnya, sel dikaji dalam cabang biologi yang disebut biologi sel.
2.2.      Bentuk dan Ukuran Sel
                2.2.1.  Sel tumbuhan
Ukuran sel berkisar antara 0,2 µ sampai 200 mm. Volume sel juga bervariasi tergantung ukurannya. Suatu sel yang berfungsi harus mempunyai ukuran minimum yang dapat menyelubungi semua organela dan makromolekul yang diperlukan untuk aktivitas sel. Sebaliknya ukuran maksimum sel tergantung beberapa faktor antara lain hubungan sitoplasmik nukleair, area permukaan dan volume, aktivitas intraseluler dan metabolisme. Ukuran bentuk sel mikroskopis dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop ukurannya 10-100 mikro dan sel yang sedang memperbanyak diri diameternya berkisar antara 20-30 mikro. Kebanyakan sel tumbuhan berukuran 0,001 dan 0,1 mikron jadi tergolong koloid. Bentuknya seperti gelondong, cakram, dll (Prihansanti, 2003).
2.2.2.      Sel Hewan
            Sel hewan merupakan organisme hidup, contohnya amoeba, makhluk air tawar yang mempunyai ukuran sekitar 300 µm melintang (kira-kira sebesar titik). Makhluk hidup yang mempunyai ukuran sebesar titik ini dapat melakukan semua fungsi kehidupan. Bentuknya sepert kolomner, polihatra, dll. Semua sel hewan pada dasarnya merupakan struktur yang dinamis, dengan organel dan sunbstansi lain yang terus bergerak. Pergerakan dalam sel dapat terjadi karena adanya rangka sel yang disebut sitoskeleton. Sitoskeleton memiliki beberapa peran penting, yaitu mempertahankan bentuk sel dan menyelenggarakan pergerakan sel baik pergerakan sel secara keseluruhan maupun pergerakan organela di dalam sel  (Isnaeni, 2006).
2.3.         Struktur Sel Makhluk Hidup
2.3.1.      Sel tumbuhan
   Membran sel merupakan selaput tipis yang disebut juga plasmalema.
Membran plasma berfungsi mengatur keluar masuknya materi dan melakukan sikap atau reaksi terhadap perubahan-perubahan lingkungan. Membran sel disebut juga membran plasma. Membran sel terdapat disebelah dalam  dinding sel. Membran sel tersusun oleh substansi yang hidup, membran sel merupakan membran yang sangat tipis sehingga hanya dapat divisualisasi dengan pembesaran tinggi yang dicapai dengan mikroskop elektron.
Plastida merupakan organel yang hanya terdapat pada sel tumbuhan berupa butir-butir yang mengandung pigmen atau zat warna. Plastida macamnya yaitu kloroplas, leukoplas dan kromoplas.
Nukleus mempunyai fungsi untuk mengatur kehidupan sel. Biasanya terdapat pada sel hewan dan sel tumbuhan. Nukleus dipisahkan dari sitoplasma oleh selaput yang lebih tebal daripada membran sel sendiri. Inti mengandung cairan kental daripada sitoplasma yang disebut neukoplasma. Bagian-bagian nucleus terdiri dari karioteka (membran inti), kaliolimfa (cairan inti), nukleolus (anak inti).
Sentriol merupakan satu kesatuan yang disebut sentrosom. Sentriol berduplikasi untuk membentuk benda basal silia dan flagella. Sentriol berisi mikrotubulus yang terdiri dari Sembilan triplet, terletak di dekat nukleus dan berperan besar dalam pembelahan sel.
Peroksisom mirip dengan lisosom, kecuali bahwa enzim-enzim yang terkandung dalam peroksisom memiliki fungsi oksidatif. Peroksisom terlibat dalam deaminasi oksidatif asam amino sebuah reaksi yang rifal bagi konversi protein menjadi senyawa lain. Fungsinya mengkatalis perombakan hydrogen peroksida dan juga berperan dalam perubahan lemak menjadi karbohidrat dan dalam perubahan purin dalam sel (Fried, 2006). Stomata mempunyai arti penting dalam proses respirasi. Stomata akan membuka jika ada oksigen yang masuk. Stomata tersusun atas diferensiasi jaringan. Dalam stomata juga terdapat sel-sel pelindung yang berkaitan erat dalam proses respirasi.
2.3.2.      Sel Hewan
Retikulum endoplasma adalah system sangat luas membran di dalam sel. Retikulum endoplasma merupakan saluran kecil di dalam sitoplasma yang dibatasi oleh system membran. Fungsi retikulum endoplasma erat kaitannya dengan system transport pada sintesis protein.
Ribosom merupakan struktur yang paling kecil yang tersuspensi di dalam sitoplasma. Ribosom juga dianggap sebagai kumpulan makro yang tersusun secara tepat, fungsinya dalam sintesis protein. Merupakan struktur terkecil yang tersusun di dalam sitoplasma.
Kompleks Golgi, terdapat hampir pada semua sel hewan dan tumbuhan yang terdiri dari setumpuk saku pipih yang dibatasi membran serta berfungsi untuk sekresi protein, mentrasport dan mengubah secara kimia materi-materi yang terdapat di dalamnya (Kimball, 1994).Lisosom memiliki struktur agak bulat yang dibatasi membrane tunggal yang berfungsi untuk menerima materi yang diambil secara endositosis dan melisis, bagian-bagian atau materi-materi yang tidak terpakai digunakan sebagai pembentuk enzim. Mitokondria merupakan benda-benda bulat yang ukurannya berkisar antara 0,2 µm sampai 5 µm. Membran mitokondria mengandung fosfolipid dan protein. Fungsi mitokondria adalah melakukan oksidasi dalam makanan dan mensitesis ATP  ” peredaran ” energi dalam sel.

           




BAB III
MATERI DAN METODE
            Praktikum Biologi dengan materi pengenalan sel pada makhluk hidup yang dilaksanakan pada hari Senin,30 September 2013 pada pukul 11.00 – 13.00 yang dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan dan Pertanian,Universitas Diponegoro,Semarang.
3.1.      Materi
            Pada Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Sel ini membutuhkan beberapa Materi atau alat. Materi atau alat yang digunakan dalam praktikum pengenalan sel adalah rambut tangkai tanaman Rhoe discolor, dan sediaan usus tikus putih ( preparat awetan ) sebagai objek pengamatan serta sayatan bawang merah. Sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop untuk mengamati objek dengan pembesaran yang telah ditentukan, kaca objek dan kaca penutup sebagai tempat untuk meletakkan preparat tanaman. Pinset untuk mengambil atau mencabut helai rambut Rhoe discolor. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan.
3.2       Metode
   Metode yang dilaksanakan dalam praktikum pengenalan sel adalah dengan membuat sayatan tipis pada lapisan epidermis permukaan bawah daun Rhoe discolor. Kemudian meletakkannya pada kaca objek yang telah ditetesi air dan menutupnya dengan kaca penutup, agar tidak terjadi gelembung udara. Setelah itu mengamati objek di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali kemudian 40 kali, mengamati bagian-bagian dengan menggambarnya. Metode yang dilakukan pada Bawang merah tidak berbeda jauh dengan Rhoe Discolor, Sedangkan pada preparat sel awetan. Mengambil preparat sel hewan yang di awetkan. Mengamati objek di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali kemudian 40 kali, lalu mengamati bagian-bagian dengan menggambarnya.


         
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Struktur sel Tumbuhan
4.1.1    Struktur Sel Tanaman Rhoe Discolor
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum pengamatan sel diperoleh hasil sebagai berikut.
Perbesaran 10 kaliDescription: C:\Users\agus\Downloads\biologi 10x.jpg
Perbesaran 40 kali Description: C:\Users\agus\Downloads\biologi sel 40x.jpg
Sumber : Data Primer Praktikum Biologi,2013
Ilustrasi 1,Penampang sel Rhoe Discolor
Keterangan :    1. Sitoplasma
                        2. Membran sel
                        3. Dinding sel
                        4. Nukleus
                        5. Stomata.
           
          Berdasarkan hasil pengamatan rhoe discolor di dapatkan hasil pengamatan bahwa sel antara lain stomata, inti sel, dinding sel, sitoplasma, dan membran sel. Pada praktikum di temukan stomata yang berfungsi sebagai berlangsungnya reaksi kimia dan dinding sel yang berfungsi sebagai pelindung isi sel. Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyana (2003) yang menyatakan bahwa di dalam sel tumbuhan terdapat sitoplasma yang berfungsi tempat terjadinya reaksi kimia dalam sel tumbuhan (rhoe discolor). Dinding sel berfungsi sebagai pelindung serta menjaga agar sel bentuknya tetap. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Campbell (2002) bahwa sel tumbuhan cenderung mempertahankan bentuknya karena memilki dinding sel. Sitoplasma tersebut mengisi ruangan antara dinding sel dan nukleus. Sesuai dengan pendapat Yatim (1991), yang menyatakan bahwa sitoplasma merupakan cairan yang mengisi ruangan antara dinding sel dan nukleus atau inti sel yang merupakan sistem koloid. Sebagian besar di dalam sitoplasma berisi air yang di dalamnya terlarut banyak melokul kecil dan ion serta sejumlah besar protein.
          Bagian daun Rhoe discolor yang terlihat lagi yaitu nukleus. Nukleus ini terletak di tengah daun Rhoe discolor (berbentuk segienam yang tersusun rapimdan teratur). Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1981), yang menyatakan bahwa nukleus atau inti sel merupakan pengatur seluruh aktivitas sel. Dalam nukleus terdapat nukleolus, kromosom, dan neukloplasma. Nukleolus merupakan anak inti yang menjadi bakal calon nukleus. Kromosom merupakan kumpulan benang kromatin yang di dalamnya terkandung materi genetik. Nukleoplasma adalah sitoplasma yang ada di dalam sel yang berfungsi sebagai katalisator dalam nukleus.
4.1.2.   Struktur sel Bawang Merah
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum pengamatan sel diperoleh hasil sebagai berikut.
                Perbesaran 10 kali            3
                                     1            2
      5
Perbesaran 40 kali
          5                           1         2
Sumber : Data primer Praktikum Biologi,2013
Ilustrasi 2, penampang sel Bawang Merah.
Keterangan :    1. Dinding Sel
                        2. Sitoplasma
                        3. Stomata
                        4. Membran Sel
            Berdasarkan hasil pengamtan Bawang Merah didapatkan hasil pengamatan sel antara lain dinding sel dan Sitoplasma. Dinding sel merupakan bagian dari sel ( Sumadi dan Maryanti A. 2007 ) yang berfungsi melindungi organel,memberi bentuk sel, dan sebagai tempat tranportasi antar sel. Hal ini sependapat








4.2.      Struktur Sel Hewan Usus Tikus.
            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada praktikum pengamatan sel diperoleh hasil sebagai berikut.
Perbesaran 10 kali
Perbesaran 40 kali
Sumber : Data primer praktikum Biologi,2013
Ilustrasi 3, Struktur Sel usus tikus putih.  
            Berdasarkan hasil praktikum terlihat bagia-bagian sel seperti membran sel, sitoplasma, inti sel. Membran sel berfungsi sebagai pembatas antar sel dan sebagi perintang selektif. Hal sesuai dengan pendapat Campbell (2002) bahwa membran sel yang membatasi sel disebut sebagai membran plasma dan berfungsi sebagai rintangan selektif yang memungkinkan aliran oksigen, nutrien, dan limbah yang cukup untuk melayani seluruh volume sel. Terlihat sel memiliki sebuah nukleus atau inti sel. Hal ini bersesuaian dengan pendapat Sloane (2003)  kebanyakan sel memiliki satu nukleus,  namun ada pula yang memiliki banyak nukleus, contohnya sel otot rangka, dan ada pula yang tidak memiliki nukleus, contohnya sel darah merah matang yang kehilangan nukleusnya saat berkembang.
            Pada perbesaran 40 kali terlihat pula bagian membran sel dan jonjot, hal ini sama dengan perbesaran 10 kali tetapi bagian lebih terlihat besar dengan menggunakan perbesaran 40 kali. 



4.3.      Perbedaan Sel Tumbuhan dan Sel Hewan
            pada pengamatan sel tumbuhan dan sel hewan didapatkan beberapa peredaan diantara kedua sel tersebut.
Tabel 1. Perbedaan Sel Tumbuhan dan Sel Hewan
Sel Tumbuhan
Sel Hewan
Memiliki Dinding sel
Umumnya memeiliki plastida
Tidak Memiliki Lisosom
Tidak memiliki Sentrosom
Timunan berupa zat pati

Bentuk Tetap
Memiliki Vakuola Besar

Tidak memiliki dinding sel
Tidak memiliki plastida
Memiliki lisosom
Memiliki sentrosom
Timbunan zat berupa lemak dan glokikogen.
Bentuknya tidak tetap
Pada hewan tertentu tidak memilikivakuola
Sumber:Data Primer Praktikum Biologi, 2011
Hal ini sesuai dengan pendapat Cahyana (2003) yang menyatakan bahwa perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan terletek pada dinding sel karena pada sel hewan tidak memiliki dinding sel sedangkan sel tumbuhan memiliki dinding sel. Sehingga bentuk sel hewan tidak tetap. 
Pendapat ini ditambahkan oleh Nugroho (2006) bentuk sel tumbuhan cenderung tetapsedangkan sel hewan tidak tetap. Hal ini terjadi karena sel tumbuhan memiliki dinding selsedangkan sel hewan tidak memilikinya.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
            Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa daun rhoe discolor mempunyai sel berbentuk segi enam yang tersusun rapi dengan bagian-bagian selnya antara lain dinding sel, sitoplasma, nukleus, dan stomata. Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan adalah tidak adanya dinding sel pada sel hewan dan kloroplas pada sel hewan juga.Pada sel hewan tidak terdapat dinding sel sehingga bentuk sel hewan tidak tetap.

5.1. Saran
Menyarankan pada praktikan yang akan melakukan praktikum pengenalan sel agarlebih cermat dan teliti saat melakukan pengamatan. Praktikum yang dilakukan jangan sampai ada yang terlewatkan. Menggunakan silet pada saat membuat sayatan hendaknya berhati-hati, karena jika tidak behati-hati silet akan melukai jari.
           









DAFTAR PUSTAKA
Cahyana.D. 2003. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Campbell, N.A., Reece, J.B. & Mitchell, L.G. (2002). Biologi. Diterjemahkan

                              oleh R. Lestari dkk. (edisi ke-5, jilid 1).
                  Kimbal,J.W.1998. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta
                  George H,Fred.2006.Biologi Edisi Kedua.Jakarta
Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan.  Kanisius, Yogyakarta.
Kimball, J.W. 1998.Biologi Jilid I Edisi kelima. Erlangga, Jakarta.
Pratiwi, P.A.2004. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Sumadi dan Maryanti. 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu, Yogyakarta.